Dibutuhkan 3,75 Triliun Untuk Mengembalikan Areal Persawahan yang Hilang
Jakarta - Lahan sawah di Indonesia semakin mengkerut luasnya dari tahun ke tahun karena terjadi konversi menjadi lahan perumahan atau real estate. Dana yang dibutuhkan untuk memulihkan kembali lahan persawahan tersebut mencapai Rp 3,75 triliun.
Hal ini disampaikan oleh Analis Perdagangan Beras, Tito Pranolo dalam acara Roundtable Beras di kantor Kadin, Jakarta, Rabu (12/5/2010).
"Konversi lahan mencapai 150.000 hektar per tahun, diantaranya menjadi real estate. Butuh Rp 3,75 triliun untuk mengembalikan lahan sawah yang hilang," kata Mantan Kepala Pusat Jasa Logistik Perum Bulog.
Menurut Tito fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia namun juga terjadi dibanyak negara. Banyak negara saat ini mulai mengekspansi lahan kebutuhan pangannya ke luar negeri untuk mengantisipasi kebutuhan pangan pokok di negaranya masing-masing.
Ia mencontohkan hal semacam ini telah dilakukan oleh China, Korsel, Mesir, Libia dan lain-lain. Misalnya China telah banyak membeli maupun menyewa lahan di Kazahtan. Sementara India sudah menggarap lahan di Uruguay dan Paraguay, sementara negara seperti Libya dan Mesir menggarap lahan di Ukrania.
"Untuk Indonesia sendiri kunci satu-satunya adalah public private partnership (PPP), kalau pemerintah sendiri berat untuk dana Rp 3,75 triliun. Justru pemerintah harus lebih fokus pada infrastruktur pertanian," serunya.
Menurut Tito, tantangan kedepan bagi kebutuhan pangan di Indonesia terutama beras bukan hanya berbicara lahan pertanian yang menciut, namun masalah subsidi pertanuan yang berkurang dan perubahan iklilm menjadi tantangan yang berat.
Ia menjelaskan masalah subsidi pertanian, saat ini sudah ada upaya desakan pengurangan subsidi pertanian. Meski negara-negara maju tetap saja cukup besar melakukan subsidi pagi para petaninya dengan cara-cara yang jitu.
"Kalau Indonesia tidak terlalu canggih melakukan itu," ujarnya.
Masalah perubahan iklim, lanjut Tito, saat ini harus menjadi konsen pemerintah, agar dampak perubahan iklim tetap menjamin kecukupan bahan pangan beras nasional sehingga tidak tergantung pada negara lain.
"Beras harus dipandang sebagai cara menyelematkan lingkungan hidup," jelasnya.
sumber: detikfinance.com
Komentar:
Pertanian merupakan salah satu komoditi indonesia yang merupakan mayoritas masyarakat indonesia bekerja dibidang ini. jika lahan pertanian semakin di kikis abis akan sangat banyak sekali yang dirugikan dalam hal ini, baik itu alam maupun mata pencaharian masyarakat indonesia dan ini juga bisa berakibat kerisis pangan di Indonesia karena Indonesia akan sangat tergantung pada negara lain dibidang makanan.
dana yang dibutuhkan untuk memulihkan ini sekitar 3,75 Triliun merupakan hal yang sangat pantas. ini karena dibiarkannnya semakin berkembangnya industri real estate. seaturannya semua bidang harus dijalankan secara seimbang. agar terjaga juga keseimbangan alam.
About Me
Followers
Labels List Numbered
- ACL
- Akt. Pemerintahan
- Akuntansi
- AkuntansiInternasional
- akuntansilanjut2
- Akuntansipajak
- Audit
- Bahasa Indonesia
- Browser
- Disclosure
- Global Warming
- Home
- Info Perbankan
- Internet
- Islami
- Kuliah
- Manajemen Portofolio
- Manajemen Risiko
- Materi Kuliah
- Mixed
- music
- News
- News Ekonomi
- Paper
- Perilaku Organisasi
- PSAK Konvergensi IFRS
- Regresi
- Software
- Sport News
- SPSS
- Tax Amnesty
- Teknologi
- Tugas
- Wajah Indonesia
Popular Posts
-
Pajak penghasilan pasal 22 (PPh pasal 22) Pengertian PPh pasal 22 Adalah Pajak yang dipungut berkenaan dengan kegiatan di bidang impor/ ke...
-
Regresi linier sederhana adalah hubungan secara linier antara satu variabel independen dengan variabel dependen (Priyatno, 2008). Analisis r...
-
Suatu hari rasulullah saw menemui para sahabatnya, lalu beliau bertanya: " Bagaimana keadaan kalian ketika memasuki pagi hari?", l...
-
Review Jurnal A STUDY OF THE ADOPTION AND IMPLEMENTATION OF INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS IN THE TWO EU COUNTRIES OF DENMARK...
-
Akhiruddin 20207082 4EB01 University Gunadarma PENDAHULUAN Akhir-akhir ini IFRS menjadi hot issue bagi akuntansi , top manajem...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar